BERITAPARLEMEN.ID – JAKARTA – Wakil Ketua Komisi III DPR RI, Dede Indra Permana Soediro, mengingatkan aparat penegak hukum (APH) yang menangani kasus penyelundupan dua ton sabu di Kepulauan Riau untuk menjaga integritas dalam pengelolaan barang bukti tersebut.
“Pimpinan Komisi III dan Wakil Ketua DPR menitipkan pesan kepada seluruh aparat penegak hukum agar tidak bermain-main dan berhati-hati dalam mengelola barang bukti narkoba dalam jumlah besar ini,” ujar Dede di Tanjung Uncang, Kota Batam, Kepulauan Riau, Senin (26/5/2025).
Dede menegaskan agar tidak ada oknum APH yang memanfaatkan sedikit pun barang bukti tersebut untuk dijual atau diedarkan kembali di Indonesia. “Saya sangat memahami betapa besarnya nilai barang bukti narkoba ini,” tambahnya.
Untuk menunjukkan keseriusan dalam pemberantasan narkoba, Komisi III DPR RI telah membentuk panitia kerja (panja) penegakan hukum bidang narkotika periode 2024-2029, yang diketuai oleh Dede sendiri.
Panja ini dibentuk sebagai bagian dari komitmen Komisi III untuk menampung pengaduan masyarakat serta laporan dan kajian dari mitra kerja terkait maraknya peredaran narkotika yang semakin meresahkan.
Dede menyoroti bahwa peredaran narkoba tidak hanya menyasar kalangan dewasa, tetapi juga remaja dan anak-anak di bawah umur yang merupakan aset bangsa Indonesia dalam menyongsong visi Indonesia Emas 2045.
Sebagai Ketua Pokja peredaran narkoba, Dede kembali mengingatkan seluruh institusi dan aparat penegak hukum untuk selalu waspada dan memberikan perhatian khusus dalam pemberantasan narkotika di Indonesia.
“Isu narkotika merupakan perhatian utama Presiden Prabowo, yang menjadikan pemberantasan narkotika sebagai salah satu dari 17 program prioritas serta misi ketujuh dari Astacita,” jelas Dede.
Dede juga menegaskan bahwa Komisi III DPR RI tidak akan ragu turun langsung ke daerah-daerah yang diduga masih menjadi titik rawan peredaran narkotika sebagai bentuk komitmen menjalankan fungsi pengawasan.
Menurutnya, wilayah Batam dan pesisir timur Indonesia menjadi jalur masuk utama narkoba, dengan banyak pintu yang dapat dimanfaatkan kapal asing, termasuk jalur tikus.
“Dari hasil kunjungan kami di beberapa daerah, wilayah ini sangat luas dan memungkinkan kapal-kapal asing masuk lewat pesisir timur,” tutupnya.